Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan. Dengan penciptaannya itu Tuhan mempunyai maksut tertentu yakni menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Seperti firmannya dalam QS. Al-Baqarah:30
...وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"
Dari ayat ini kita berusaha untuk
berfikir bahwasanya di dunia ini tugas kita adalah menjadi seorang khalifah
(pemimpin) baik untuk diri kita, keluarga, masyarakat, dan negara. Tugas yang
kita bawa tidaklah mudah karena khalifah adalah amanat yang akan
dipertanggungjawabkan di akherat kelak. Jika kita membawanya dengan semau kita
tanpa mempedulikan syari'at yang ada, tentu kita akan menjadi orang-orang yang
tersesat.
Kebanyakan dari manusia memandang berbeda kutipan ayat diatas. Mereka menganggap dengan diberikannya tugas kekhalifahan dalam diri mereka, mereka mempunyai wewenang berbuat apa saja semau mereka. Lebih mudah kita sebut bahwa orang-orang tersebut sudah merasa hebat dan sombong akan kekuasaanya. Hal ini tidak sesuai jika kita kaitkan dengan firman Allah dalam QS Al Isra': 37
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ,
إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung."
Dengan diberinya amanat tersebut tentu kita akan membutuhkan Khaliq dalam membimbing kita. Bukan dengan mendongakkan kepala dan merasa dirinya bisa. Karena kita hanya seorang makhluk yang menurut ayat diatas "sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung". Maksud dari itu, kita tidak mempunyai kuasa untuk menyombongkan diri kita karena kita memppunyai kemampuan yang terbatas. Bagaimana agar tugas yang kita bawa bisa seimbang dan jalan diatas syari'at yang telah ada? Jawabannya adalah kita bisa jika kita selalu memegang pedoman agama kita yakni Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Dasar awal kita dalam menjalani kehidupan ini yaitu mempelajari agama dan pedomannya. Jika kita sudah mempelajarinya langkah selanjtnya yakni menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. dan jika menemui kesulitan atau perselisihan pendapat. maka kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ
ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya."
Jika kita mengaku beriman, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menerapkan ayat diatas dalam kehidupan kita. Agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menyelewengkan kepemimpinannya hanya dengan alasan keduniawian. kita adalah pengemban amanat, kita harus berusaha semampu kita untuk menjadi seorang yang amanah agar kita mendapat ketentraman hati dan dapat dipercaya oleh makhluk lainnya. Dan untuk patokan kita, kita bisa meniru Rosulullah dalam membawa amanat dari Allah.
Semua berawal dari diri sendiri, tidak ada kata tidak bisa. Dan mari kita tatap pedoman kita dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Semoga dakwah saya bisa bermanfaat bagi sesama... Aamiin..
