Rabu, 27 November 2013

Menusia Pengemban Amanat Tuhan



Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan. Dengan penciptaannya itu Tuhan mempunyai maksut tertentu yakni menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Seperti firmannya dalam QS. Al-Baqarah:30

 ...وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"

Dari ayat ini kita berusaha untuk berfikir bahwasanya di dunia ini tugas kita adalah menjadi seorang khalifah (pemimpin) baik untuk diri kita, keluarga, masyarakat, dan negara. Tugas yang kita bawa tidaklah mudah karena khalifah adalah amanat yang akan dipertanggungjawabkan di akherat kelak. Jika kita membawanya dengan semau kita tanpa mempedulikan syari'at yang ada, tentu kita akan menjadi orang-orang yang tersesat.
Kebanyakan dari manusia memandang berbeda kutipan ayat diatas. Mereka menganggap dengan diberikannya tugas kekhalifahan dalam diri mereka, mereka mempunyai wewenang berbuat apa saja semau mereka. Lebih mudah kita sebut bahwa orang-orang tersebut sudah merasa hebat dan sombong akan kekuasaanya. Hal ini tidak sesuai jika kita kaitkan dengan firman Allah dalam QS Al Isra': 37

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا , إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
 
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."
 
Dengan diberinya amanat tersebut tentu kita akan membutuhkan Khaliq dalam membimbing kita. Bukan dengan mendongakkan kepala dan merasa dirinya bisa. Karena kita hanya seorang makhluk yang menurut ayat diatas "sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung". Maksud dari itu, kita tidak mempunyai kuasa untuk menyombongkan diri kita karena kita memppunyai kemampuan yang terbatas. Bagaimana agar tugas yang kita bawa bisa seimbang dan jalan diatas syari'at yang telah ada? Jawabannya adalah kita bisa jika kita selalu memegang pedoman agama kita yakni Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Dasar awal kita dalam menjalani kehidupan ini yaitu mempelajari agama dan pedomannya. Jika kita sudah mempelajarinya langkah selanjtnya yakni menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. dan jika menemui kesulitan atau perselisihan pendapat. maka kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS.  
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
  
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Jika kita mengaku beriman, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menerapkan ayat diatas dalam kehidupan kita. Agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menyelewengkan kepemimpinannya hanya dengan alasan keduniawian. kita adalah pengemban amanat, kita harus berusaha semampu kita untuk menjadi seorang yang amanah agar kita mendapat ketentraman hati dan dapat dipercaya oleh makhluk lainnya. Dan untuk patokan kita, kita bisa meniru Rosulullah dalam membawa amanat dari Allah.

Semua berawal dari diri sendiri, tidak ada kata tidak bisa. Dan mari kita tatap pedoman kita dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Semoga dakwah saya bisa bermanfaat bagi sesama... Aamiin..



 

Rabu, 20 November 2013

Islam Agama yang Sempurna

Kewajiban kita untuk menyampaikannya..

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيـنًا 
Artinya :""Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."

Dalam ayat tersebut diterangkan mengenai agama yang disempurnakan Allah yakni agama Islam. Ayat ini merupakan wahyu terakhir yang diberikan Allah kepada Rosulullah SAW yang diturunkan pada hari jum'at di padang Arafah pada musim Haji Wada' (haji perpisahan) setelah shalat Ashar.
Kemudian Rasulullah menyampaikan pada sahabat mengenai wahyu yang telah disampaikan kepadanya dan para sahabat gembira mendengar hal itu dan berkata "Agama kita telah sempurna, Agama kita telah sempurna."
Berbeda dari sahabat lainnya, ketika mendengar itu Abu Bakar langsung pulang mengunci kamarnya dan menangis. Hal ini terdengar oleh sahabat-sahabat lainnya. Seketika itu mereka bertanya kepada Abu Bakar, ada apa gerangan beliau menangis mendengar berita gembira tersebut. Abu Bakar menjawab "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda.”
Mendengar penjelasan Abu Bakar, mereka pun iktu menangis. Hal ini terdengar oleh Rasulullah, beliau pun bergegas menuju rumah Abu BAkar dan menanyakan apa penyebab mereka menangis. mereka pun menanyakan kepada Rasulullah apakah wahyu yang telah beliau sampaikan adalah penanda bahwa beliau (Rasulullah) akan wafat. Dengan bijaksana Rasulullah berkata, “Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kalian semua telah dekat.”

Maha sempurna Allah atas segala firman-Nya. Dari ayat ini kita bisa menyimpulkan, bahwa Islam adalah agama yang telah disempurnakan. Tidak ada alasan bagi kita untuk mendebatnya karena meragukan akan hakikat islam. Tapi menjadi kewajiban bagi kita untuk mempelajarinya dan memperdalam ajarannya..