Rabu, 12 Februari 2014

Menjadi Pemimpin yang Baik..

Banyak sekali kita lihat baleho yang terpampang dipingir jalan berisi foto, nama partai dan orang yang diusungnya. Wajar karena tahun 2014 ini disebut dengan tahun politik,  tahun pergantian presiden kita yang sudah bekerja 2 kali masa jabatan dan juga tahun "pembaharuan" wakil-wakil kita. Saya beri kutipan pada kata pembaharuan karena memang itu yang akan kita dalami dan kita telaah bersama. Ajang mencari suara (kampanye) dengan baleho itu apa juga disebut dengan pembaharuan? Ajang lomba ngoceh dengan memberi janji-janji itu apa sudah dapat dikatakan sebagai pembaharuan??
Ya sobat, pembaharuan mempunyai makna adanya perubahan dari sesuatu yang lama menuju ke jenjang yang lebih baik. Jika kita fikirkan, para wakil rakyat itu tidak eman membuang uang jika mereka mendapat kemenangan di kontes pemilu caleg. Lah yang kalah gimana?? Uangnya sia-sia dong?? Bisa-bisa stres itu uang hilang jabatan tak datang.. Padahal udah jelas-jelas dalam islam kita tidak dianjurkan melakukan hal-hal tidak bermanfaat itu. Kita memang diciptakan oleh Allah untuk menjadi pemimpin di bumi ini, tapi bukan berarti untuk meminta dan merengek-rengek meminta jabatan seperti yang ada dalam poster dan janji mereka.
Kita sebagai umat islam sudah sepatutnya mencontoh Rasulullah dan sahabat yang tidak pernah mengajarkan kita untuk melakukan segala hal demi mendapatkan jabatan dan keuntungan semata. Ada suatu kisah dari sahabat yang bernama Abu Dzar. Begini ceritanya, suatu ketika Abu Dzar al Ghifari,  bermaksud meminta jabatan kepada`Rasulullah Saw. "Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?", kata Abu Dzar kepada Beliau. Sembari menepuk bahu Abu Dzar, Rasulullah bersabda: "Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar." Demikianlah cerita Abu Dzar seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Sahihnya. 
Dalam Hadist lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menasihati sahabatnya Abdurrahman bin Samurah Wahai `Abd ar-Rahman! Janganlah engkau meminta kepemimpinan. Sesungguhnya jika engkau diberikannya dengan pemintaan maka engkau
ditinggalkan (tidak ditolong Allah dalam mengurusnya). Sekiranya engkau diberikannya tanpa pemintaan maka engkau dibantu" (Hr Bukhari dan Muslim).
Sudah bias kita lihat dari hadis diatas bahwa kita seharusnya tidak meminta jabatan itu. Tetapi jika kita dipilih atau diberi amanat kita harus siap dengan itu.. berikut ini akan saya beri kriterria pemimpin idaman yang sesuai dengan Syariat Islam..:
      1. Islam, tidak boleh kita menjadikan pemimpin orang kafir sebagai pemimpin kita
      2.  Baligh, berakal
      3.  Laki-laki.
    Ketika memperoleh berita bahwa Ratu Kisra di angkat menjadi pemimpin Persia maka Rasulullah saw  bersabda: "Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan kekuasaan/ pemerintahan mereka kepada seorang wanita." (HR Bukhari).
     4.  Lemah Lembut
     5. Berlaku  adil
     6. Mempunyai pengetahuan yang luas
     7. Mengerti dan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga keti9ka ada permasalahan akan dikembalikan kepada Allah-dan RasulNya (QS. An-Nisa’:59)
     8. Mampu mengatur dan memperhatikan kesejahteraan umat.
     9. Tidak silau dengan kemegahan dunia, membiasakan diri hidup sederhana seperti Rasulullah SAW.
     10. Tidak meminta jabatan dan amanah terhadap tugas yang diemban

0 komentar:

Posting Komentar